Sabtu, 12 November 2016

kritik arsitektur ,Kritik Yang Dipakai adalah Kritik Deskriptif


Nama: Dicky Cahyadi Saputra
Kelas:  4TB06
Tugas:  KRITIK ARSITEKTUR
Kritik Yang Dipakai adalah Kritik Deskriptif

Kritik Deskriptif Arsitektur Wisma Dharmala
Jenis metoda kritik deskriptif yang dipakai
Depictive Criticism (Gambaran bangunan)
Depictive criticism tidak dapat disebut kritik sepenuhnya karena tidak menggunakan pertanyaan baik atau buruk. Kritik ini focus pada bagian bentuk, material, serta teksture. Depictive criticism pada sebuah bangunan jarang digunakan karena tidak menciptakan sesuatu yang kontroversial, dan dikarenakan cara membawakan verbal mengenai fenomena fisik jarang provocative atau seductive, menahan keinginan pembaca untuk tetap memperhatikan. 

Berikut adalah contoh kritik deskriptif menurut metoda gambaran bangunan:

Wisma Dharmala
Deskripsi Bangunan
Nama Bangunan : Wisma Dharmala / Intiland Tower
Lokasi : Jl.Jend.Sudirman kav.32, Jakarta Pusat
Type : Kantor
Arsitek : Paul Rudolph ( USA )
Luas Bangunan : 59.838,65m²
Jumlah lantai : 1 basement + 22 lantai
Tahun  : 1982 – 1986 
Pemilik : PT. Intiland Development Tbk
Pengelola  : PT. Intiland Development Tbk (IHMP)


Gedung Wisma Dharmala Sakti dirancang oleh arsitek kenamaan asal AS, Paul Rudolph pada 1982, bangunan itu sendiri oleh Paul Rudolph diberikan semboyan sebagai bangunan “ Health Of Future “ yaitu sebuah bangunan akan perduliannya dengan kesehatan mental dan fisik penghuninya, dikarenakan bangunan wisma Dharmala Sakti ini membuat balkon serta teras yang tersebar merata di setiap lantai, sehingga memungkinkan adanya sinar matahari dan udara segar yang masuk kedalam ruangan.

Bangunan megah ini dibangun dan dianggap sebagai salah satu proyek yang paling sukses dari Paul Rudolph. Bangunan ini memilik periode akhir karirnya dan merangkum banyak dari desain patung modern hingga ide-ide yang ia dikembangkan selama bertahun-tahun di banyak skenario eksplorasi lainnya.

Wisma Dharmala Sakti ini membuktikan bahwa konsep dan fasad bangunan gedung tinggi di Indonesia bukan berarti tidak bisa menerapkan konsep Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis adalah konsep yang masih dapat diaplikasikan pada gedung/ bangunan tinggi seperti pada  desain Wisma Dharmala. Serta usaha pemasangan kanopi tambahan pada beberapa unit gedung untuk beradaptasi dengan iklim tropis setempat. Wisma Dharmala Sakti memiliki gaya arsitektur post modern, sehingga bangunan ini menjadi landmark bangunan disekitarnya. Dari bentuknya bangunan ini terlihat tidak monoton dengan mempermainkan lekukan pada fasadnya.
  • Adapun dibangun berbetuk seperti ini kegunaannyaa untuk memecah sinar ultra violet matahari yang berlebihan tidak dapat masuk secara langsung kedalam bangunan,akan tetapi didalam bangunan tetap mendapatkan sebuah sinar matahari walaupun tidak banyak


  • Terdapat pula void yang cukup besar sehingga udara sejuk masih terasa di dalamnya tanpa kehujanan saat merasakannya. Bahkan di perencanaan awal, bangunan ini sebenarnya tidak perlu menggunakan pendingin ruangan. Namun seiring berjalannya waktu dan efek rumah kaca ttelah memberi panas yang cukup parah dan tidak menentu, akhirnya bangunan ini menggunakan pendingin ruangan. Namun pada koridor hal tersebut masih tidak diperlukan karena udara sejuk masih dapat masuk. Pencahayaan lampu pada siang hari juga tidak terlalu diperlukan pada koridor karena cahaya matahari masih dapat masuk tanpa
    pengguna merasa terik maupun kehujanan.
  • Adapun Angin dapat masuk kedalam ruangan sehingga dapat terjadi suatu pergerakan udara yang pada akhirnya akan disebut sebagai ventilasi alami. Dan juga dengan teras yang pajang keluar dapat berfungsi sebagai penangkap angin yang datang ke bangunan. 
  • Pada teras dan balkon diletakan kotak hijau theire, saluran air, air mancur, bersama-sama dengan seluruh lingkungan di sekitarnya yang diperhatikan tata letak secara hati-hati, dipelajari dan menciptakan skala manusia dari fitur tempat elegan ini dengan modernitas di akhir.
  • Kantor dirancang di set tiga, bergantian antara dua sudut memiliki bentuk paralel dan diagonal. Menara ini terlihat seperti que patung muncul dari atas podium, memutar dan menyalakan di tempat yang sama setiap tiga lantai sampai  atas, geometri menciptakan balkon jendela dengan banyak penghijauan.


  • Strukturnya telah digunakan beton bertulang dan baja. Selesai di seluruh bangunan, kolom, dinding, pagar dan balkon, memang dibuat dengan ubin putih. Hal ini tidak hanya  beton cetakan, karena cuaca basah di daerah tersenut, menjadi solusi umum di Indonesia, juga menciptakan rasa elegan keren, rapi putih, sedangkan skala kecil untuk ubin memberikan tekstur yang menyenangkan dan bangunan besar ini.

Kesimpulan
Meskipun Wisma Dharmala/ Intiland Tower bukan merupakan bangunan bersertifikasi GBCI, namun gedung ini telah menerapkan aspek-aspek arsitektur hijau.  Bangunan ini telah berusaha mengoptimalkan energi yang dimiliki alamnya, merespon iklim, merespon kebutuhan pengguna dan keadaan tapaknya, dan adanya aspek yang saling mendukung. Wisma Dharmala / Intiland Tower yang dibangun 1982 bisa dianggap sebagai bangunan yang menginspirasi untuk bangunan – bangunan masa kini.
dengan adanya gedung wisma dharmala maka di indoneia harus mengikuti konsep hemat energi pada bangunan yang akan dibuat sehingga tidak menimbulkan pemansan gelobal atau efek rumah kaca pada bangunan yang  menggunakan fasad kaca yang sangat berlebihan menimbulkan kerusakan pada alam dan sekitarnya. Maka dari itu di indonesia harus menerapkan bangunan hemat energi supaya lingkungan sekitar tidak tercemar dan rusak.

Daftar Pustaka