TUGAS :
BANGUNAN KOLONIAL
BANGUNAN AMATAN : MUSEUM BANK MANDIRI
NAMA :
DICKY CAHYADI SAPUTRA
NPM :
22313420
KELAS :
4TB06
Pada pembahasan kritik arsitektur
pada bangunan kolonial “Museum Bank
Mandiri” saya akan menggunakan metode Kritik Sistematika yang merupakan cabang
dari Kritik Arsitektur Normatif. Dimana kritik dengan metode Kritik Sistematika
memiliki ciri sebagai berikut :
Hubungan bangunan dengan kebutuhan pengguna dan lingkungan.
Hubungan bangunan dengan kebutuhan pengguna dan lingkungan.
·
Pelaksana pembangunan yang melibatkan
banyak pihak.
·
Bentuk bangunan yang menggambarkan
keindahan bangunan, mengahasilkan kritik berupa kepuasan dari pemilik maupun pengamat.
·
Memiliki fungsi bangunan yang jelas bagi
pengguna publik.
Museum Bank Mandiri
Museum Bank Mandiri terletak di Jl.
Lapangan Stasiun No. 1, Jakarta Barat dan merupakan salah satu bagian dari
cagar budaya Kota Tua di Jakarta. Berdiri tanggal 2 Oktober 1998. Museum yang
menempati area seluas 10.039 m2 ini pada awalnya adalah gedung Nederlandsche
Handel-Maatschappij (NHM) atau Factorji Batavia yang merupakan perusahaan
dagang milik Belanda yang kemudian berkembang menjadi perusahaan di bidang
perbankan.
Gedung Museum Bank
Mandiri (ex-Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM)) dirancang oleh 3 orang
arsitek belanda yaitu J.J.J de Bruyn, A.P. Smits dan C. van de Linde. Gedung
ini mulai dibangun tahun 1929 dan pada tanggal 14 Januari 1933 dibuka secara
resmi Oleh C.J Karel Van Aalst, Presiden NHM ke-10. Gagasan untuk mendirikan
Museum Bank Mandiri didasarkan atas pemikiran untuk menyelamatkan dan
melestarikan benda-benda bersejarah di bidang perbankan yang pernah beredar dan
dipakai pada bank-bank yang berdiri di Indonesia. Museum ini didirikan oleh
pemerintah dalam rangka melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah di bidang
perbankan dan alat tukar manusia, khususnya di Indonesia.
Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) dinasionalisasi pada tahun 1960 menjadi salah satu gedung kantor Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN) Urusan Ekspor Impor. Kemudian bersamaan dengan lahirnya Bank Ekspor Impor Indonesia (BankExim) pada 31 Desember 1968, gedung tersebut pun beralih menjadi kantor pusat Bank Export import (Bank Exim), hingga akhirnya legal merger Bank Exim bersama Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri (1999), maka gedung tersebut pun menjadi asset Bank Mandiri.
Langgam Art Deco
Gedung Museum Bank Mandiri ini dibangun
pada tahun 1929-1933, karena itu gedung ini menggunakan langgam Art Deco yang
berkembang pada masa itu. Art Deco adalah gaya hias yang lahir setelah
Perang Dunia I dan berakhir sebelum Perang Dunia II yang banyak diterapkan
dalam berbagai bidang, misalnya eksterior, interior, mebel, patung, poster,
pakaian, perhiasan dan lain-lain dari 1920 hingga 1939, yang memengaruhi seni
dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan desain industri, maupun seni
visual seperti misalnya fashion, lukisan, seni grafis, dan film.
Gerakan ini, dalam pengertian tertentu, adalah
gabungan dari berbagai gaya dan gerakan pada awal abad ke-20, termasuk
Konstruksionisme, Kubisme, Modernisme, Bauhaus, Art Nouveau, dan Futurisme.
Popularitasnya memuncak pada 1920-an. Meskipun banyak gerakan desain mempunyai
akar atau maksud politik atau filsafati, Art Deco murni bersifat dekoratif.
Pada masa itu, gaya ini dianggap anggun, fungsional, dan ultra modern.
Prasasti Kaca Patri Museum Mandiri
adalah hadiah Karel CJ van Aalst (1866-1939), presdir kesepuluh NHM Batavia.
Van Aalst lahir di Hoorn (Belanda) yang juga merupakan kota kelahiran pendiri
Batavia J.P. Coen (1587-1629). Alih-alih Batavia, Coen sebenarnya menginginkan
Nieuw Hoorn sebagai nama kota, namun bos-bos besar Kompeni di Belanda (De Heren
XVII) ternyata menghendaki lain.
Kesimpulan :
Gedung Museum Bank Mandiri menggunakan
langgam art deco yan berkembang pada masa setelah Perang Dunia I dan
berakhir sebelum Perang Dunia II. Pembangunan dilakukan oleh kolonial
belanda. Bangunan museum pada mulanya adalah kantor Nederlandsch Handel-Maatschappij
(NHM) atau Netherlands Trading Corporation alias Maskapai Dagang Belanda.
Kantor pusat NHM berada di Amsterdam, sedangkan Batavia (Jakarta) adalah kantor
cabang. sedangkan pada saat ini gedung ini telah menjadi objek wisata ssejarah
untuk masyarakat Indonesia, Jakarta khususnya.
Sumber :