Rabu, 04 Januari 2017

KRITIK ARSITEKTUR BANGUNAN KOLONIAL

TUGAS                              : BANGUNAN KOLONIAL
BANGUNAN AMATAN  : MUSEUM BANK MANDIRI
NAMA                               : DICKY CAHYADI SAPUTRA
NPM                                  : 22313420
KELAS                              : 4TB06


Pada pembahasan kritik arsitektur pada bangunan kolonial  “Museum Bank Mandiri” saya akan menggunakan metode Kritik Sistematika yang merupakan cabang dari Kritik Arsitektur Normatif. Dimana kritik dengan metode Kritik Sistematika memiliki ciri sebagai berikut :

Hubungan bangunan dengan kebutuhan pengguna dan lingkungan.
·                     Pelaksana pembangunan yang melibatkan banyak pihak.
·                     Bentuk bangunan yang menggambarkan keindahan bangunan, mengahasilkan kritik berupa kepuasan     dari pemilik maupun pengamat.
·                     Memiliki fungsi bangunan yang jelas bagi pengguna publik.

Museum Bank Mandiri




Museum Bank Mandiri terletak di Jl. Lapangan Stasiun No. 1, Jakarta Barat dan merupakan salah satu bagian dari cagar budaya Kota Tua di Jakarta. Berdiri tanggal 2 Oktober 1998. Museum yang menempati area seluas 10.039 m2 ini pada awalnya adalah gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) atau Factorji Batavia yang merupakan perusahaan dagang milik Belanda yang kemudian berkembang menjadi perusahaan di bidang perbankan.


Gedung Museum Bank Mandiri (ex-Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM)) dirancang oleh 3 orang arsitek belanda yaitu J.J.J de Bruyn, A.P. Smits dan C. van de Linde. Gedung ini mulai dibangun tahun 1929 dan pada tanggal 14 Januari 1933 dibuka secara resmi Oleh C.J Karel Van Aalst, Presiden NHM ke-10. Gagasan untuk mendirikan Museum Bank Mandiri didasarkan atas pemikiran untuk menyelamatkan dan melestarikan benda-benda bersejarah di bidang perbankan yang pernah beredar dan dipakai pada bank-bank yang berdiri di Indonesia. Museum ini didirikan oleh pemerintah dalam rangka melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah di bidang perbankan dan alat tukar manusia, khususnya di Indonesia.

Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) dinasionalisasi pada tahun 1960 menjadi salah satu gedung kantor Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN) Urusan Ekspor Impor. Kemudian bersamaan dengan lahirnya Bank Ekspor Impor Indonesia (BankExim) pada 31 Desember 1968, gedung tersebut pun beralih menjadi kantor pusat Bank Export import (Bank Exim), hingga akhirnya legal merger Bank Exim bersama Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri (1999), maka gedung tersebut pun menjadi asset Bank Mandiri.

Langgam Art Deco

Gedung Museum Bank Mandiri tahun 1933

Gedung Museum Bank Mandiri ini dibangun pada tahun 1929-1933, karena itu gedung ini menggunakan langgam Art Deco yang berkembang pada masa itu. Art Deco adalah gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir sebelum Perang Dunia II yang banyak diterapkan dalam berbagai bidang, misalnya eksterior, interior, mebel, patung, poster, pakaian, perhiasan dan lain-lain dari 1920 hingga 1939, yang memengaruhi seni dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan desain industri, maupun seni visual seperti misalnya fashion, lukisan, seni grafis, dan film.

Gerakan ini, dalam pengertian tertentu, adalah gabungan dari berbagai gaya dan gerakan pada awal abad ke-20, termasuk Konstruksionisme, Kubisme, Modernisme, Bauhaus, Art Nouveau, dan Futurisme. Popularitasnya memuncak pada 1920-an. Meskipun banyak gerakan desain mempunyai akar atau maksud politik atau filsafati, Art Deco murni bersifat dekoratif. Pada masa itu, gaya ini dianggap anggun, fungsional, dan ultra modern.



Prasasti Kaca Patri Museum Mandiri adalah hadiah Karel CJ van Aalst (1866-1939), presdir kesepuluh NHM Batavia. Van Aalst lahir di Hoorn (Belanda) yang juga merupakan kota kelahiran pendiri Batavia J.P. Coen (1587-1629). Alih-alih Batavia, Coen sebenarnya menginginkan Nieuw Hoorn sebagai nama kota, namun bos-bos besar Kompeni di Belanda (De Heren XVII) ternyata menghendaki lain.

Kesimpulan :
Gedung Museum Bank Mandiri menggunakan langgam art deco yan berkembang pada masa  setelah Perang Dunia I dan berakhir sebelum Perang Dunia II. Pembangunan dilakukan oleh kolonial belanda. Bangunan museum pada mulanya adalah kantor Nederlandsch Handel-Maatschappij (NHM) atau Netherlands Trading Corporation alias Maskapai Dagang Belanda. Kantor pusat NHM berada di Amsterdam, sedangkan Batavia (Jakarta) adalah kantor cabang. sedangkan pada saat ini gedung ini telah menjadi objek wisata ssejarah untuk masyarakat Indonesia, Jakarta khususnya.


Sumber :